Atlet Pelatda Diusir dari Penginapan, Pemerhati Sorot Kinerja Disporasu
Administrator - Rabu, 21 Agustus 2024 13:45 WIB
Indra Rangkuti
Medan, (Idesumut)
Peristiwa pengusiran 41 atlet dan pelatih Pelatda Penuh Cabor Taekwondo dan Squash dari sebuah hotel di kawasan perumahan Cemara Asri yang menjadi penginapan atlet menjadi perhatian sejumlah pihak.
Kinerja Dispora Sumut sebagai penanggungjawab pengadaan barang dan jasa PON XXI 2024 Aceh-Sumut pun dipertanyakan berbagai pihak, termasuk pemerhati olahraga.
Pemerhati olahraga, Indra Rangkuti menilai, peristiwa pengusiran atlet Pelatda Sumut tersebut menunjukkan ada pemahaman berbeda dari unsur pelaksana PON XXI. Terkesan noPON XXI sebagai beban. "Ya itu, jadinya PON ini membebani anggaran, menambah tugas. Kalau bahasa Medan, menambah kerjaan," tutur Indra Rangkuti saat ditemui wartawan di Kantin FISIP USU, Senin (12/8) lalu.
Paradigma PON sebagai beban, lanjutnya, terlihat dari persiapan sarana dan prasarana fisik baru dimulai 2024 dengan alasan anggaran yang tesedot penanganan Covid-19. Bahkan, muncul wacana untuk menunda PON XXI karena berdekatan dengan Pilpres dan Pileg. Begitu juga Pelatda Penuh yang baru dimulai Juli 2024. Idealnya Pelatda Penuh minimal enam bulan sebelum pelaksanaan PON.
Mirisnya, di saat Pelatda Penuh PON XXI baru dimulai, Senin (5/8) justru timbul masalah. Sebanyak 41 atlet dan pelatih Sumut dari cabor Taekwondo dan Squash diusir dari hotel yang diperuntukkan sebagai pemondokan. Dosen FISIP USU ini lantas mempertanyakan kesepakatan/perjanjian dan kontrak antara pihak hotel dengan Dispora sebagai penanggungjawab pengadaan penginapan atlet Pelatda Penuh. "Lalu apakah penunjukan hotel sudah melalui proses lelang terbuka atau bagaimana? Karena penjelasan pihak Dispora, harus melalui pengadaan barang dan jasa pemerintah, harus melalui proses lelang. Kalau penjanjian maupun kontrak tidak ada, berarti ada apa dengan Dispora?" bebernya.
Indra pun menyayangkan statemen beberapa pihak yang menyebut pengusaha tidak mendukung atau tidak memiliki nasionalisme. Padahal sebagai badan usaha, hotel memiliki SOP terkait sistem pembayaran kamar. Seyogianya, Dispora sudah melakukan pendekatan dengan pihak hotel jauh-jauh hari. Indra bahkan menyebut hal itu sebagai kesalahan Dispora Sumut.
"Contoh, penjelasan Wakil Ketua Bidang Pertandingan PB PON Sumut, mengaku telah berkoordinasi dengan Bagian Pengadaan Barang dan Jasa dan tidak dibenarkan melakukan pembayaran karena harus kontrak dulu. Berarti waktu membooking hotel itu tidak melibatkan Bagian Keuangan. Berarti di mereka (Disporasu) sendiri pun sudah kacau," sesalnya.
Ia lantas menduga, Dispora Sumut tidak melibatkan semua pihak dalam persiapan PON XXI ini. Seharusnya, Kadispora memanggil semua bidang termasuk kepala biro pengadaan barang dan jasa untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan demi kesuksesan atlet Sumut pada perhelatan olahraga akbar tersebut. "Bukan Budi Syahputra yang mengurus itu," tukas pria murah senyum ini.
Karena itu, Indra mengimbau Dispora Sumut harus melihat pelaksanaan PON XXI sebagai investasi jangka panjang. Sebagai proses pembentukan atlet berprestasi. Sebab 38 tahun sudah, tidak ada atlet Sumut yang turun di Olimpiade. Terakhir kali atlet Sumut bertarung di Olimpiade Atlanta pada tahun 1996 atas nama Hendrik Simangunsong dari cabor tinju. "Terlalu kecil kalau target Sumut hanya juara PON karena pada Olimpiade tahun 1950 atlet Sumut sudah ikut Olimpiade yaitu Asber Nasution. Berlanjut Olimpiade 1956 ada empat atlet Sumut turun di Olimpiade yaitu Habib Nasution (renang), Ramlan Yatim, Ramli Yatim dan M Rasyid dari cabor sepakbola," paparnya.
Selain itu, Indra mengingatkan pentingnya pelibatan masyarakat dalam persiapan PON XXI ini. Sebab, hingga saat ini, animo masyarakat Sumatera Utara terbilang sangat minim. Masyarakat seolah melihat PON XXI hanya tanggungjawab dari pemerintah provinsi. Masyarakat belum melihat PON XXI sebagai milik bersama yang harus disukseskan. "Seperti ketika PON pertama sekali digelar di Medan tahun 1953 di masa Gubernur Sumut, Bapak Abdul Hakim Harahap. Masyarakat turut menyumbang untuk pembangunan Stadion Teladan. Pasir, batu bata. Saat itu masyarakat merasa kalau PON Itu milik mereka dan harus disukseskan," bebernya.
Begitu pun, Indra tetap optimis PON XXI terlaksana tahun 2024 ini dengan banyak catatan atau pekerjaan rumah yang harus dituntaskan. Sehingga tidak seperti pelaksanaan PON di Kaltim tahun 2008. Kesiapan sarana prasarana harus menjadi prioritas begitu pula kenyamanan atlet sebagai pembela nama baik daerah ini.
Seperti diketahui, 41 atlet dan pelatih dari cabor Taekwondo dan Squash diusir pihak hotel tempat mereka menginap menjalani Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) Penuh menjelang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh-Sumut pada Kamis (8/8/2024). Mereka harus check out dari Hotel San Cemara Asri Medan karena pihak Dispora Sumut tak kunjung memenuhi kesepakatan dengan pihak manajemen hotel.
Kepala Bidang (Kabid) Pembudayaan Olahraga Dispora Sumut, Budi Syahputra dikonfirmasi wartawan membantah tudingan pihaknya mengulur-ulur pembayaran biaya penginapan atlet Sumut untuk PON 2024 di salah satu hotel komplek Cemara Asri. Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Pertandingan PB PON Sumut itu menjelaskan pembayaran akomodasi penginapan harus sesuai mekanisme yang diterapkan pemerintah provinsi. (f)
SHARE:
Editor
: Administrator
Tags
Berita Terkait
Komentar